Pages

Wednesday, April 4, 2012

Ketinggian Darjat Ilmu



Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat.” (QS Al Mujadilah : 11)

Ada dua golongan orang yang akan Allah muliakan darjatnya beberapa tingkatan.



PERTAMA : ORANG YANG BERIMAN

KEDUA : ORANG YANG BERILMU
Sebenarnya ayat ini sahaja sudah cukup untuk kita jadikan dalil dan alasan mengapa kita perlu menuntut ilmu, di samping juga ayat-ayat lain mahupun hadits-hadits Nabi yang menguatkannya.
Allah swt akan mengangkat darjat orang beriman dan berilmu, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Ini adalah kerana dalam ayat tersebut Allah swt tidak menjelaskan secara spesifik tentang di mana Dia akan mengangkat darjat mereka samada di duniakah atau di akhirat sehingga boleh kita fahami bahwa darjat dan kedudukan mereka akan ditinggikan di dunia dan juga di akhirat.

BAGAIMANAKAH ILMU BOLEH MENJADI WASILAH UNTUK MENINGKATKAN DARJAT KITA?
Ilmu itu, jika bermanfaat akan membimbing dan menghantarkan pemiliknya menuju tangga ma'rifatullah, iaitu sebuah tujuan induk dari segala orientasi ilmu pengetahuan.
Dengan yang demikian, ia akan :

1. Mengenal Tuhannya dengan lebih dekat.
2. Mengetahui apa-apa yang menjadi kesenanganNya dan apa-apa yang dibenciNya.
3. Semakin bersemangat untuk terus dekat dan mendekatkan diri kepadaNya dengan amalan-amalan ibadahnya.

Dari sinilah kemudiannya akan muncul :

1. Iman.
2.Taqwa.
3.Khauf (takut pada ancaman Allah).
4.Raja' (mengharap keridhaan Allah).

Semua perkara di atas itu adalah bersumber dan bermula dari ilmu.
Inilah titik akhir dari semua tujuan dipelajarinya ilmu pengetahuan yang akan menghantarkan manusia untuk mengenal Rabbnya di mana melaluinya, Allah swt akan memuliakannya.
Namun, jika ilmu yang diraih itu tidak mampu menghantarkannya menuju ma'rifatullah, maka ilmu itu :

1.Akan sia-sia.
2.Tidak berguna.
3.Mungkin berbahaya.

Mari kita simak sebuah ungkapan seorang ulama' :
"Barangsiapa yang bertambah ilmu pengetahuannya namun tidak bertambah ketakwaannya, maka ia tidak bertambah dekat dengan Allah, bahkan malah bertambah jauh."

Dari sinilah kemudiannya kita boleh membuka sebuah tabir hikmah di sebalik makna firman Allah swt :
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama." (QS Fathir : 28)

Ayat tersebut memakai satu pola pengkhususan, iaitu dengan perkataan "innamaa" sehingga mengisyaratkan makna yang kuat bahwasanya hanya orang-orang berilmu sahaja yang takut kepada Allah swt.

Namun kembali lagi meneliti ayat di atas, bahwa orang berilmu di sini adalah orang yang ilmunya membuatnya semakin mengenal Allah Ta'ala.

Kita semua tentu pernah mendengar nama Imam Malik, seorang ulama' besar abad kedua Hijriyah di mana salah satu mazhab fiqh besar dan diakui oleh para ulama' iaitu mazhab Maliki, dinisbahkan penamaannya kepada nama beliau.
Imam Maliklah yang menulis kitab hadits dengan bertemakan ilmu fiqh. Kemudian kitab tersebut diminta oleh Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur untuk dijadikan sebagai kitab rasmi fiqh di seluruh wilayah Islam pada masa itu walaupun pada akhirnya perkara itu tidak dipersetujui oleh Imam Malik sendiri.

Imam Malik ini adalah salah satu bukti nyata di mana Allah swt mengangkat darjat para ahli ilmu di atas hamba-hambaNya yang lain.

Ia diangkat sebagai imam besar di kota mulia, Madinah Al Munawwarah disebabkan luasnya pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya sehingga muncul sebuah ungkapan yang masyhur untuk menggambarkan Imam Malik.
"Tidak boleh sesiapa yang berfatwa selama mana Malik ada di Madinah."

Begitulah bunyi ungkapannya dan ini menunjukkan betapa besarnya kapasiti keilmuan Imam Malik.
Ramai orang mencari kemuliaan, namun tidak sedikit dari mereka yang justeru memperolehi kehinaan. Ini adalah kerana jalan yang mereka tempuhi itu salah di mana :

1. Mereka mencari kemulian dengan mencari jawatan.
2. Mereka mencari kemuliaan dengan tidak mahu mencari ilmu yang dengannya ia boleh mengenal Tuhannya.

Padahal, dalam ilmulah, Allah swt meletakkan sumber kemuliaan itu sehingga ketika ahli ilmu itu memperolehi jawatan dalam hidupnya maka ia akan menjadi semakin mulia. Jika tidak, maka sudah sangat cukuplah darjat ketinggian yang ditawarkan oleh Allah swt.

Salah satu tujuan ilmu pengetahuan adalah menegakkan ‘amar ma’ruf nahi munkar’. Ilmu yang tidak berdiri di atas kebaikan dan tidak memerangi kemungkaran adalah ilmu yang hampa.

Rasulullah saw pernah bersabda :
“Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya.”
Sifat cahaya yang paling utama adalah :

1.Menjadi penerang.
2.Mampu mengusir kegelapan.
3.Berperanan memberi petunjuk arah.

Maka, ilmu yang benar akan menjadi cahaya yang mengusir kegelapan, sekaligus menunjukkan arah kebaikan.
Posisi ilmu sebagai cahaya adalah kedudukan yang mulia dalam kehidupan manusia. Ilmu begitu mulia, bahkan dengan kemuliaan ilmulah, Allah swt memerintahkan Nabinya untuk berdoa agar Rabbul Izzati berkenan memberi ilmu sebagai rezeki.

”Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: ’Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan," (QS Thahaa : 114)

Maka, sebagai akibat yang sangat logik ketika kita mempelajari sesuatu yang mulia maka kemuliaan yang sama dengan sendirinya akan menjadi milik kita.

Allah swt memuliakan dan meninggikan darjat manusia yang memiliki ilmu.

” Wahai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah : 11)

Sesungguhnya, seluruh penciptaan ini tidak memiliki tujuan lain kecuali perhambaan.

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menghamba kepada-Ku,” (QS Az Zaariyaat : 56)

Oleh kerana itu pula, setiap ilmu pengetahuan yang kita pelajari tidak lain melainkan ianya mesti dibangun dengan satu tujuan agar proses pengabdian kita kepada Allah swt menjadi lebih baik dan semakin sempurna.

Oleh yang demikian, Rasulullah saw pernah bersabda tentang ilmu yang paling baik untuk manusia.

”Barangsiapa yang dikehendaki Allah menerima kebaikan, maka Dia akan memberinya kemampuan untuk memahami ilmu agama.” (HR Bukhari, Muslim dan Tirmizi.)

Ilmu yang baik akan bermanfaat dan manfaat yang paling besar dalam kehidupan ini adalah menegakkan ‘amar ma’ruf nahi munkar’.

Amar ma’ruf nahi munkar adalah tugas besar yang tidak mengenal kata selesai dalam agama yang mulia ini. Tugas besar ini terdiri dari dua komponen besar pula iaitu ilmu dan amal.

Ilmu yang berlimpah, menggunung dan menganak sungai tidak akan bermanfaat sedikitpun tanpa amal yang berterusan.
”Apakah dengan mengangkat 100 kg minuman keras akan membuatmu mabuk?”
Demikianlah seorang pernah bertanya.

Mengangkat 100 kg minuman keras tidak akan pernah membuatkan seseorang itu mabuk, tapi dengan meminumnya, ia akan mabuk dan hilang kesedaran.

Memiliki ilmu yang tinggi, luas dan dalam tidak akan mampu menghentikan kemaksiatan jika pemilik ilmu itu tidak mengamalkan setiap pengetahuan yang dimilikinya.

Hanya dengan memiliki ilmu dan melakukan amal, seseorang itu akan menjadi orang-orang yang memiliki kemuliaan dan keberuntungan.

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran : 104)

Ilmu menjadi cahaya kerana ada orang-orang yang menyalakannya. Cahaya menjadi penerang kerana ada kaum yang bergerak memberikan penerangan. Penerangan menjadi arah atau petunjuk jalan kerana ada mereka yang mengabdikan diri di jalan Allah untuk menyelamatkan manusia.

Tingkatan kesolehan tidak hanya berdiri dari komponen iman pada Allah dan hari akhirat semata-mata.

”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan solat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At Taubah : 71)

Kita tidak akan mendapatkan sebutan beriman sehingga kita menjadi penolong dan pelindung bagi orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan.

Kita juga tidak akan mampu mencapai tingkatan keimanan tanpa menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Taat, solat dan zakat tidak cukup membuatkan kita berdiri dengan gagah di hadapan Allah swt di hari kiamat nanti.
Orang-orang yang memiliki, memuliakan serta mengamalkan ilmu akan :

1. Diangkat tinggi darjatnya di muka bumi.
2. Disanjung harum namanya oleh penduduk langit.

Bahkan para penuntut ilmu diberi perlindungan khusus oleh malaikat yang membentangkan sayapnya untuk menaungi.
”Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya kerana ridha pada para pencari ilmu.” (HR Abu Daud dan Tirmizi)

Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah saw pernah bersabda:
”Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memberikan kemudahan jalan baginya untuk menuju syurga.”

Namun, sesuatu yang harus terpatri di dalam hati kita bahwa ilmu tidak akan banyak membantu kecuali dia keluar dari pintunya ertinya, ilmu mestilah berkelana dan wujud secara nyata dalam kehidupan manusia.
Ilmu akan berkembang melalui dua cara :

PERTAMA : DENGAN MENGAJARKANNYA.

KEDUA : DENGAN MENGAMALKANNYA.
Dengan mengajarkannya, kita melahirkan generasi baru yang berilmu.
Dengan mengamalkannya, kita mengajak untuk membangun generasi baru pada keadaan yang lebih baik dan penuh kemuliaan.

Para ulama’ salaf pernah berkata :
”Dahulu kami menghafalkan ilmu dengan cara mengamalkannya.”

Jika kita menghurai perkataan ilmu dalam bahasa Arab, maka tulisannya terdiri dari tiga huruf sahaja iaitu ‘ain’, ‘lam’ dan ‘mim’.

Dari tiga huruf inilah lahirnya komponen besar dalam peradaban manusia di mana :

1. Barangnya bernama ilmu.
2. Orangnya bernama alim.
3. Perilakunya bernama amal.

Ketiga-tiganya tidak boleh dipisahkan.

1. Ilmu tanpa amal, sering disebut pincang.
2. Amal tanpa ilmu, kita memberinya panggilan buta.
3. Ilmu dan amal boleh menjadi gerakan ketika ada seorang alim yang melaksanakannya.

Bangunlah wahai para pemilik ilmu, nyalakan cahayanya kerana ketika ini umat sangat memerlukanmu.

Lakukan sesuatu, perbaiki keadaan dan berikan petunjuk arah agar peradaban manusia tidak akan hancur berantakan.
Ya Allah, tambahkanlah rezeki Engkau kepada kami berupa ilmu yang mampu memberi cahaya kepada kami, menyuluh jalan hidup kami serta menjadi petunjuk kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Berilah kekuatan untuk kami mengamalkan segala ilmu yang kami pelajari sehingga darjat kami diangkat di muka bumi dan juga di sisiMu serta nama kami harum disanjung oleh penduduk langit.